Cari Blog Ini

Kamis, 28 November 2013

Kita dan Hujan


Malam ini,kurasa akan menjadi malam
yang amat panjang buatku,

Mataku sama sekali enggan terpejam
Pacu jantungku berdetak tak karuan
AKU MENUNGGU HUJAN!!!

Namaku Cacha Kirei Ame, biasa di panggil Cacha.Yah,aku adalah peranakan Indo-Jepang,ayahku adalah orang Jepang asli dan ibuku adalah orang Indonesia.Cacha sendiri artinya diambil dari nama ibu dan ayahku.Canita  dan Chaimura Sinjo, sedangkan Kirei artinya wanita cantik  dan Ame artinya hujan . Kata mama aku lahir disaat hujan.

             Langit tampak mendung, sepertinya akan turun hujan. Pandanganku beralih pada seorang cowok yang berdiri dekat pintu. Cowok berkulit putih dan berbadan cukup tinggi namun sedikit kurus. Tara,Tara Wibisono itulah namanya. Aku mengenalnya sejak lama, namun dia tak mengenalku. Hanya sejak kita masuk SMP yang sama dia jadi kenal padaku.
"Hey, ngelamunin apa sih?"suara itu mengagetkanku. Suara sahabatku, Gita.
"eeh, gak kok"jawabku dengan agak gugup.
"kamu gak pulang Cha? udah mau hujan loh",sambung Gita.
"Aku nunggu jemputan Ta , kamu duluan aja gak apa-apa",sahutku.
"Kenapa gak bareng si Tara aja sih,rumah kalian kan searah"
"gak Ta,aku takut ngerepotin dia"
"Oh, ya udah duluan ya?"
Aku hanya menganggukkan kepala.
***
Keringat membasahi tubuhku, ku rapikan segera perlengkapan untuk kegiatan persami di SMP baruku.
Jangan sampai aku telat dan kena hukuman dari kakak-kakak OSIS.Tapi harapanku sia-sia, baru saja ku langkahkan kaki masuk ke sekolah kakak-kakak OSIS sudah menunggu di pintu dengan wajah yang kelihatan marah.
"Cepat masuk! Niat ikut kegiatan ini gak sih? Gak disiplin banget, datang telat lagi!" kata salah seorang dari mereka.
"Iya kak, maaf saya telat" jawabku.
           Setelah terbebas dari kemarahan mereka aku segera masuk menemui Gita yang kebetulan satu regu denganku.
           Acara persami berjalan dengan lancar, tiba waktunya kita untuk pulang ke rumah masing-masing. Aku menunggu ayah menjemputku. Ku lihat Tara yang berjalan dengan lemas dan wajah yang pucat. Mungkin dia kelelahan karena semalam dia kena hukuman gara-gara anggota kelompoknya banyak yang melanggar peraturan.
           Dia duduk tak jauh dari tempatku berada, tiba-tiba ada yang membasahi pipiku. Apa, air mata? Aku menangis, tapi mengapa aku menangis? Aku menangisi keadaan Tara yang seperti itu.
Apa artinya ini?
***
Setelah kejadian hari itu aku merasa ada yang berbeda pada diriku ketika melihat Tara, ada getaran, ada perasaan lain di hatiku. Mungkinkah aku jatuh cinta padanya?
Jantungku berdegup kencang ketika di dekatnya, dan aku merasa rindu jika dia tak ada. Tapi apakah ini perasaan yang benar? Baru pertama kali ku rasakan perasaan seperti ini.
Seminggu berlalu dan perasaanku semakin tak menentu.Kali ini aku benar-benar yakin bahwa aku jatuh cinta pada Tara, dialah cinta pertamaku. Namun betapa kecewanya diriku ketika tau bahwa Tara ternyata telah memiliki seorang kekasih. Aku benar-benar patah hati saat itu.
           
            Sahabat baikku, Gita menyuruhku untuk sabar namun meski begitu aku tak pernah bisa melupakan Tara, aku begitu menyayanginya. Hingga 3 bulan berlalu aku mendengar berita bahwa Tara sudah putus dengan pacarnya, betapa bahagianya aku mengetahui hal itu. Entah karena apa tiba-tiba saja aku dan Tara menjadi sangat akrab. Aku dan Tara jadi lebih sering ngobrol dan bercanda lewat sms. Namun aku tetap tak pernah berani mengungkapkan apa yang sesungguhnya aku rasakan pada Tara. Aku hanya mampu memendam perasaan cinta ini dalam hatiku. Hingga suatu ketika kecerobohankulah yang mengungkap rahasia itu.
            Salah seorang temanku tidak sengaja membaca coretan di Diaryku bahwa aku menyukai Tara. Entah apa yang dia lakukan sehingga Tara kemudian tau hal itu dan dia menjauhiku. Aku sangat menyesal mengapa aku begitu ceroboh meletakkan buku itu di atas meja dan meninggalkannya begitu saja sehingga ada orang lain membacanya. Kini hubunganku dengan Tara tidak lagi seperti kemarin-kemarin, dia terlihat menghindari dan menjauhiku. Aku semakin tersiksa dengan perasaanku sendiri. Apa yang kini harus ku lakukan??Dulu aku masih bisa merasakan indahnya sore  hari saat aku dan dia berjalan di taman ditemani dengan rintik hujan dan aroma basah tanah.Sambil bersepeda,kami bercanda gurau saling berceloteh tentang apa saja yang kami temui. “Dasar cerewet ,hahahahaha.Tuhan itu adil ya Cha.”Kayak kamu,walau hidung kamu pesek,tapi mulutmu tetap mancung kok, beda banget sama aku”, ejekmu sambil tertawa puas melihat aku memajukan mulut 5cm ke depan.Yah,walau aku menganggap hal itu sedikit jail,tapi aku masih saja rindu dengan kata-kata jailmu.Kadang malah membuatku menangis. “Kapan aku bisa dengar itu lagi Tar,kapan???”ucapku dalam hati. Aku kangen kamu,aku kangen kamu yang dulu.
***
             Waktu kelulusan sekolah telah tiba.Tak terasa 3 tahun sudah ku menempuh pendidikan di SMP ini,sekolah yang begitu banyak menyimpan kenangan,tembok-tembok yang selamanya akan menjadi saksi bisu perjalanan cintaku.Tentang aku dan rasa yang selamanya untuk Tara,yang tak akan pernah mati dimakan oleh waktu.
            Setelah lulus SMP aku meneruskan pendidikanku ke salah satu SMA favorit di kotaku bersama Gita tentunya. Sedangkan Tara, aku tak pernah tau lagi kabar dan keberadaannya sekarang. Aku berfikir mungkin kami memang tak berjodoh,mungkin Tara dan aku memang tak di takdirkan untuk bersama.
***
Ya,dan inilah aku sekarang dengan bangga  memakai seragam putih abu-abu yang kata orang lebih menyenangkan dari seragam putih biru.Dan aku berharap agar itu benar.Karena aku capek dibayangi oleh kenangan pahit masa putih biruku.
Setelah mengerjakan sekian banyak tugas dan belajar untuk ulangan kimia besok,aku langsung tertidur pulas.Dan sialnya,aku bermimpi tentang dia. "Tiiiit"suara klakson berbunyi. Aku berteriak histeris sambil menutup mata ketika sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju ke arahku.
"Kamu tidak apa-apa?"tanya seseorang padaku.
"Aku tidak a..."bicaraku terhenti ketika ku lihat orang yang sedang bertanya padaku ternyata adalah Tara.
"Ta..ta..Tara??"ucapku terbata-bata.
"heh?Cacha kan?"jawabnya.
Aku sangat bahagia akhirnya bisa bertemu Tara lagi. Tara kemudian mengantarku pulang setelah kami saling bertukar nomor handphone.
“Cha,bangun nak ntar kamu telat kesekolah loh,”kata mama membangunkanku.Sambil mengucek-ngucek mata aku kemudian bangun dan segera mandi. Setelah mandi dan mengganti pakaian aku lalu turun ke ruang makan untuk makan bersama papa dan mama. “Aku berangkat dulu ma,”pamitku setelah sarapan sambil mencium tangan mama dan papaku.
***
            Jarak rumah dan sekolahku cukup dekat,sehingga untuk pergi ke sekolah kadang aku memakai sepeda kalau papa lagi gak bisa mengantar aku.Di perjalanan tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi di hadapanku. “Arggghhhh”,aku terjatuh dan menangis. “Hei…kamu gak apa-apa seorang laki-laki yang tak asing turun dari mobil yang menabrakku,dari gerak-geriknya sepertinya sudah bukan orang asing lagi bagiku.Tapi siapa?.Aku tidak dapat melihat jelas mukanya.Tiba-tiba saja aku tak dapat melihat,sekelilingku terasa gelap gulita,kepalaku terasa pusing dan akhirnya aku tak dapat mengingat apa-apa lagi.Satu yang kupastikan aku mengalami De Javu.
            “Hai,Cha akhirnya kamu sadar juga,om tante Cacha udah sadar,samar-samar kudengar suara teriakan khas suara anak laki-laki memanggil orang yang ia sebut om dan tante.Pelan tapi pasti kubuka mataku.Setelah cukup sadar untuk dapat melihat dengan jelas,di depanku terpampang muka cemas mama dan papa dan seseorang yang ada di sampingku.Cha,kamu udah sadar nak?” kata mama dengan suara parau. “Iya ma,ada apa dengan ku ma??”jawabku. Maafin aku Cha, tadi aku udah menabrak kamu.Maafin aku,ya.Kata seorang laki-laki yang baru aku sadari keberadaannya.Dan ternyata dia adalah Tara.Orang yang selama ini aku damba, “Ta..taara???”ucapku kaget,samba tersipu malu,kau mengangguk. “Tapi aku gak apa-apa kan??”tanyaku lagi. “Iya tadi dokter bilang kamu gak apa-apa kok Kirei,”kata papa.Ya, papa lebih suka memanggilku Kirei ketimbang Cacha,ntahlah akupun tak tau. “Ya udah,anak mama istirahat dulu ya…”,kata mama sambil mencium keningku. Sambil tersenyum aku mengiyakan. “Ya udah tante, om  aku juga pulang dulu yah, maaf atas kejadian ini”,ucap Tara dengan penuh penyesalan. “Iya gak, apa-apa kok nak Tara,anggap saja ini suatu musibah,”jawab mama. Tara kemudian melihat ke arah aku sambil melemparkan senyum indahnya yang seakan berkata.Cepat sembuh yah Pesek,aku menyayangimu. Ah, aku mulai berkhayal lagi. Tapi inilah aku, seseorang yang benar-benar dipenuhi rasa rindu.Jadi,apa salahnya aku memikirkan hal itu?
***
Hari ini adalah akhir pekan, hari santai namun tidak bagiku.
"Drtz..drtz" handphoneku  bergetar,memaksa aku untuk terbangun dari tidurku.,. “Nomor baru,siapa ya kira-kira?”ucapku dalam hati.Walau sakit di kepalaku masih terasa,aku tetap memaksa untu mengangkatnya. “Halo, Cacha?gimana keadaannya udah baikan”,sahut suara dari dalam telepon. “Mmmm,iya….,Tara ya??”ucapku ragu-ragu. “Iya, kamu ada waktu gak?aku mau ketemu kamu di taman.” Perasaanku jadi tak karuan,aku tiba-tiba tak bisa menjawab,sepertinya aku kehilangan kosakata, untuk menyusun kata ya dan tidak pun sepertinya buatku begitu sulit. “Cha….?gimana??”,sahut suara di seberang telepon. “Oh iya, aku akan ke sana”.
“Ok,ku tunggu di taman sekarang”.Kata Tara. Telepon terputus.

Aku loncat-loncat kegirangan. Segera saja aku ganti baju dan pergi menemui Tara..

Di taman itu.
 "Tara mana ya?"gumamku dalam hati. Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang.
"Cacha,aku punya kejutan buat kamu"Suara yang sangat ku kenal.iya,itu suara Tara.
Dia menuntunku hingga ke suatu tempat dan melepas tangannya dari mataku.
Seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ku lihat,aku mengucek-ngucek mataku.

 Dan ternyata aku tidak menghayal, di sekelilingku terdapat banyak lilin dan Tara, ia tersenyum manis padaku.
"Cacha, aku ingin mengakui sesuatu. Aku minta maaf selama ini aku nggak bisa jujur sama perasaanku sendiri. Sebenarnya dari dulu aku sayang sama kamu tapi aku gak bisa ungkapin semua itu karena aku takut bakal nyakitin kamu. Dan sekarang kita ketemu lagi, aku yakin kalau aku bener-bener sayang sama kamu dan takdirlah yang mempertemukan kita.
“Cacha,maukah kamu menjadi bagian dari hidupku dan temani aku hingga masa tuaku?"
"Tara... Aku juga sayang sama kamu."
"jadi,kamu mau?"
"iya,aku mau"
Aku sangat bahagia mendengar ucapan Tara. Tara menyatakan cinta padaku, Mataku berkaca-kaca,aku tak dapat menahan haru.Aku memeluknya,sangat erat.Hingga kurasakan aroma tubuhnya. “Tara??” ucapku lirih. “Kenapa sayang?”jawab Tara. “Aku kangen kamu, kangen kita yang dulu,”
Mataku sembab tak dapat menahan air mata. “Iya, aku juga kangen kamu, kangen kita yang dulu, aku kangen sama aroma basah tanah, aku kangen sama suara cemprengmu dan aku kangen sama hujan”. Tara tersenyum lalu berbisik, “Kapan kita bisa main hujan- hujan lagi?aku kangen.”
                                                            ………………..

Karya         : Tryse Rezza Biantong
Kelas          : XII IPA 2
 Sekolah           :SMA 1 Rantepao

Rabu, 20 November 2013

Untukmu Sang Pengagum Hujan :')

Malam ini, aku menulis lagi. Entah untuk siapa kali ini, aku pun tak tahu pasti.

Ranahku seketika dirundung oleh sepi. Ditelikung sepotong rindu yang kritis terkuliti.
Aku tak bisa menerjemahkan ini. Aku tak mampu menetralisir gejolak hati.
INI BUKAN PUISI!!!BUKAN PULA SYAIR!!

Aku sungguh tak tahu dengan kosa kata apa harus mengartikannya. Karena aku ingin setiap kalimatku bernyawa! Bisakah kaureka?


Lembar demi lembar kenangan kujajaki kembali. Dalam kitab yang tak pernah sedikit pun kubiarkan debu menempel padanya. Kitab Pusaka Cinta, ya  begitu kau menyebutnya. Isinya beragam. Selain puisi, sajak, dan syair, kau bubuhi pula sketsa-sketsa hitam putih penuh makna. Ya! Aku tak pernah bosan mebukanya.

Pun jejak-jejak di dunia maya yang nyaris kita lupa. Kutelusur kembali perjalanan pada setiap masanya. Bahkan, hingga jauh hari sebelum kusempat kau kenalkan sastra. Dunia yang kini kita sama-sama menggelutinya.


Malam ini, aku menulis lagi. Namun kini aku sudah dapatkan subjek tulisanku. Ya! Siapa lagi kalau bukan kamu. Ternyata ini untukmu. Ternyata rinduku ini telah benar-benar menyatu denganku. Sampai aku tak sadar ia telah menutup mataku. Untuk melihat sosok aslinya, rindu.
Ia telah begitu akrab denganku. Sampai aku lupa bagaimana rasanya rindu..


Malam ini, kurasa akan menjadi malam yang amat panjang buatku. Mataku sama sekali enggan terpejam. Pacu jantungku berdetak tak karuan.
AKU MENUNGGU HUJAN!!!


Aku yakin, kau tak pernah lupa. Pun denganku. Memang, ada apa dengan hujan? Dan, berapa banyakkah kenangan yang tercipta kala hujan? Banyakkah? Kurasa, yaa, tidak juga..
Lalu apa istimewanya?


Aku ingat betul pernyataanmu tentang hujan. Kau bilang, sebelum kenal aku kau tak pernah mengagumi hujan. Begitukah? Karena jika ya, berarti kita sama! Dan itu juga berarti, bahwa kekaguman akan hujan bukan datang dariku, atau darimu, melainkan dari hujan itu sendiri! Hujan membuat kita semakin dekat. Itulah yang istimewa..


Kesamaan itu milik kita. Itulah salah satu sebab aku cemburu. Cemburu terhadap rekanan-rekananku yang mulai berbondong-bondong menguntil jejakku mengagum hujan. Seperti tak ada yang lain saja.





  hei, kamu!? Iya, kamu..
Terimakasih yaa, sudah sabar menunggu..
Dengan setia, tanpa sebiji jagung pun meragu..
Kapan kita hujan-hujanan lagi..??
Aku sudah rindu.............











Salam hangat untuk kamu,
Pengagum Hujan yang merindu :)
Winnie The Pooh Glitter